Saturday, June 01, 2013

tidak perlu judul

Wahai orang disana yang sekarang mulai kupertanyakan keberadaannya..
Apa kabarmu?
Kuharap kau tidak apa.
Ya kan?

Aku dulu sempat percaya dan aku dulu sempat yakin.
Mungkin kamu yang seharusnya selama ini aku tunggu.
Mungkin kamu yang seharusnya selama ini aku nantikan.

Semua terasa dekat tetapi semu.
Kita hanya bertemu antara layar-layar yang tak menyatu.
Berarti salahkah aku?

Kamu tahu, aku suka bercerita.
Aku memang suka bicara ngalor-ngidul tak tentu arah.
Itu benar aku.
Tapi tahukah kamu?
Bahwa saat aku bercerita,
sesungguhnya aku menelusuri ceritamu.
Bahwa saat aku bercerita,
sesungguhnya aku adalah refleksi dari ceritamu yang dulu.

Kamu pasti masih ingat,
kamu pasti masih terluka.
Dan mungkin aku tidak akan pernah bisa membuatmu lupa.
Dan mungkin aku terlalu lemah untuk menyembuhkan luka itu.

Tahukah kamu?
Aku tidak mau dijadikan pilihan terakhirmu.
Aku tidak mau hanya dijadikan tempat curahan hatimu saat kau penat.
Aku juga tidak mau kau jadikan teman antar layarmu.

Aku benci virtualisasi...
kalau memang tidak ada realisasi.

Aku benci kata-kata...
kalau memang tidak ada laku.

Wahai orang yang disana.
Tahukah kamu bahwa aku mencintai hujan?
Saat ini hujan.
Tapi jangan biarkan mataku basah karena hujan;
hujan dari hatiku yang rapuh.
Kumohon jangan.
Tapi terserah kau sajalah.
Lagipula, siapa aku sampai bisa melarangmu seperti itu?

Wahai orang yang kupikir sudah menyerah.
Sudah lelahkah kamu?
Kalau kamu lelah, istirahatlah sejenak.
Dan carilah orang yang lain.
Karena aku bukan orang yang tepat yang bisa menghilangkan lelahmu.
Aku bukan itu.

Jadi...
tunggu apalagi?
Pergilah selagi kau bisa.
Pergilah selagi aku belum terjatuh terlalu jauh.
Pergilah selagi kamu dan aku bukan apa-apa.
Pergilah jika kamu memang cuma mau main-main.


xoxo
{Nabila yang tidak akan pernah menangis untuk orang semacam itu}