Monday, August 20, 2012

Illusion.

A beautiful garden has its own ending.
But, please, don't let this beautiful feeling ends :"(

Ditemani dengan segelas green tea dari sebuah toko kopi di ibukota Jakarta (yang sampai detik ini bikin saya kekenyangan karena porsinya raksasa), diiringi oleh sebungkus otak-otak yang saya beli dari dekat makam para tetua keluarga yang sudah kembali padaNya, diselingi oleh penungguan loading yang cukup lama dari website kesukaan saya, (Barbie.com) dan penungguan laptop saya yang sedang discan virusnya ini saya menulis . Entah kenapa rasanya saya ingin menulis setiap kali ada kesempatan membuka komputer dan belakangan ini saya memang sering diharuskan membuka komputer - yang sesungguhnya seharusnya saya gunakan untuk mengerjakan 'tugas' tapi jiwa saya menolak untuk saat ini :p

Entah. Saya ingin mencurahkan segala pengalaman saya dan pemikiran saya beberapa hari ini. Pemikiran yang kadang membuat saya susah tidur, karena terlalu banyak tersenyum dan menangis.

Oke. Jadi, semua diawali dengan perasaan ini. Perasaan yang saat ini membuat saya kaku, mati rasa, dan tidak berhenti tersenyum. Perasaan yang juga pernah membuat saya jatuh, menangis dan terluka. Semua otot tubuh saya seakan saling bersiteru satu sama lain. Kadang merasa bahagia, kadang merasa seperti terkutuk (lagi). Adakalanya saya bersyukur atas perasaan yang sudah tidak saya rasakan sejak 3 tahun lalu, tapi adakalanya saya merasa terkutuk mendapatkan perasaan ini karena saya takut kembali jatuh ke 3 tahun yang lalu.

Tapi, perasaan inilah yang selalu membuat saya tersenyum sendiri, dan menyemangati saya. Walaupun saya tahu, mungkin orang yang memberikan perasaan ini bahkan mungkin tidak merasakan hal yang sama, tapi peduli amat. Yang terpenting, perasaan ini membuat saya bahagia, itu sudah cukup.

Mungkin malah tidak cukup sebenarnya. Saat seseorang yang membuat saya seperti ini semakin menjauh karena suatu hal yang bahkan tidak sengaja saya lakukan, saya jatuh. Terlalu berlebihan mungkin. 

Saya tidak tahu harus melakukan apa-apa. Saya masih mengikuti naluri. Saya masih mau merasakan perasaan ini. Perasaan yang membuat saya tersenyum. Tapi saya juga tidak mau perasaan ini seperti yang dulu. Perasaan yang membuat saya menangis.

Walau saya masih terlalu muda untuk membicarakan ini sebetulnya, karena saya belum mempunyai pengalaman apapun yang saya harap saya punya. Tetapi rasanya semuanya hanya ilusi. Ilusi yang akan membuat saya terus tersenyum, padahal kenyataannya suatu saat akan membuat saya menangis juga. Saya sudah cukup merasakan di masa lalu, dan saya tidak mau itu berulang :-(

Yang menentukan saya akan terus tersenyum atau bahkan malah menangis, ya si empunya perasaan ini.   Entah bagaimana caranya, si empunya juga tahu perasaan ini. Tapi bukan saya yang akan memberi tahu. Tapi ia sendiri.

Nabila
{xoxo}

P.S: Dengan harapan keluarga saya gak ada yang baca ini, karena pasti mereka stalking, ngetawain dan pasti dibahas abis-abisan maksudnya apa 3-I