Friday, March 06, 2015

Aku di depan layar

Aku terdiam. Bukan karena bisu, bukan karena lidahku kelu.
Aku diam hanya karena kumau. Dan kubutuh.

Aku di depan layar.
Namun, bukan lagi denganmu.
Sang luar biasa.

Aku di depan layar.
Menangis.
Membaca seluruh percakapan kita,
Cerdas, bodoh, lugu, mengganggu, mengharu biru, tak ada batasan antara itu.
Hanya kamu yang tahu aku pernah seaneh itu.

Aku di depan layar.
Tersenyum.
Mengingat aku pernah bersama kamu si luar biasa sudah lebih dari cukup.
Saat orang lain berkejar-kejaran mencari si sempurna,
aku punya kamu.
Kamu yang sudah cukup luar biasa dengan menjadi tidak sempurna.

Aku di depan layar.
Sesak.
Kamu telah pergi, meninggalkan aku yang nyaris mati kesepian di sini.
Kamu pergi entah berapa lama, kamu dan aku pun tak saling tahu.

Aku di depan layar.
Dulu bersama kamu, sekarang aku tidak tahu.
Yang pasti aku selalu menunggu sang waktu.

Aku di depan layar.
Aku merindukanmu.
Aku tahu kamu tahu.
Atau setidaknya aku mengharapkan begitu.

Aku di depan layar.
Hanya melihat namamu yang dulu pernah berhenti sejenak di layar itu.
Sejenak itu tidak cukup, kau tahu?
Tapi, apa dayaku?

Aku di depan layar.
Terdiam.
Kita saling diam dalam doa.
Biar semesta yang menjelaskan dengan sendirinya.
Biar semesta yang membawa pesanku untukmu, si luar biasa.

Aku di depan layar.
Merindukanmu.


xoxo
{Nabila}